Tulisan ini untuk mengajak umat muslim Indonesia lebih kritis dalam memahami tentang "ISLAM dan ARAB' dengan kebudayaannya, sehingga kita tidak terperangkap dalam kesesatan pemikiran yang sempit tentang
I S L A M
- Menjadi Muslim berbeda dengan menjadi orang Arab, maka "ISLAMISASI" jelas-jelas berbeda dengan "ARABISASI".
- Islam itu bukan ajaran Arab, walaupun Al-Qur'an berbahasa Arab, dan Nabi Muhammad dari kaum Arab. Islam itu 'Jalan Hidup', 'Prinsip Hidup' bukan keyakinan orang Arab.
- Faktanya...» Turunnya ajaran Islam justru 'ditentang' oleh kaum Arab di masa itu karena Islam datang mengubah » Tradisi, » Keyakinan, » Kebiasaan jahiliyah orang-orang Arab.
- Islam datang kepada kaum Arab membawa 'Tatanan yang Baru' sama sekali, baik dalam hal » Tradisi, » Kebiasaan, » Akhlak, » Hukum, » dan juga Cara Hidup.
- Perlu dicatat... ! Karena Al-Qur'an dan Nabi Muhammad berbahasa Arab, maka 'Bahasa Arab' juga tidak bisa dipisahkan dari 'Agama Islam' karena Kitab Sucinya adalah berbahasa Arab.
- Juga sebuah kewajaran bahwa Agama Islam awalnya disebarkan oleh orang Arab karena memang agama Allah yang pamungkas ini berasal dari sana.
- Mengenai tokoh-tokoh besar Agama Islam ini adalah orang Arab itu pun wajar saja, karena merekalah kaum awal yang beragama Islam.
- Jadi bisa dikatakan : » Arab belum tentu Islam, » dan Islam tidak harus Arab, » yang jelas Islam itu pasti berdasarkan "Al-Qur'an dan As-Sunnah"
- Juga salah besar, bila dikatakan bahwa "Islamisasi sama dengan Arabisasi", lantas menolak Islamisasi dengan dalih, "Ini Indonesia, bukan Arab"
- Apa bedanya? Jelas beda sekali, menjadi Arab atau bukan Arab itu adalah TAKDIR, sedangkan mengambil Islam atau mengabaikannya, itu adalah PILIHAN
- Islam itu ya Islam! Tidak perlu ada pandangan,"Disana Islam Arab, disini Islam Nusantara", ini pandangan yang mungkin niatnya baik tetapi justru berpotensi "MEMECAH BELAH ISLAM". Sebaiknya dihindari.
- Islam itu ya Islam! Panduannya Kitabullah dan Sunnah, Khulafaur Rasyidin dan juga Tabiin, Tabiut Tabiin, Ulama Salaf, apapun Madzhabnya.
- Adapun menjadi Muslim, tidak berarti meninggalkan budaya lokal. » Bila bertentang dengan Islam tinggalkan saja...» dan bila tidak silahkan dilanjutkan.
- Apa standar meninggalkan dan melanjutkan budaya setelah jadi Muslim? Ya AQIDAH, bila bertentangan dengan Aqidah, ya mutlak harus ditinggalkan.
- Misalnya seperti budaya » Membuka Aurat, » Menyembah pohon, ya harus tinggalkan. Beda dengan » Arsitektur, » Aneka Makanan (halal), ya boleh dilanjutkan.
- Islam masuk ke Cina, arsitektur masjid mirip pagoda, boleh saja tetapi sembahyang leluhur dengan hio, ya ditinggalkan, itu contohnya.
- Islam masuk ke Indonesia, maka batik tetap lestari, bahkan menyerap nilai Islam, boleh saja tetapi menyembah batu dan patung harus dihapuskan.
- Dalam Islam mudah saja, selama tidak dilarang syariat, amalkan saja. Namun bila sudah ada larangan syariat, maka : Islam yang harus diutamakan
- Maka di dalam Islam, semua produk (fisik atau non-fisik) selain Aqidah, boleh saja diadopsi termasuk teknologi juga karena termasuk "produk non-aqidah".
- Kita mencukupkan diri pada Kitabullah dan Sunnah, itu yang terbaik.
- Kesimpulannya...» Belajarlah Islam, » Kaji terus Islam, jangan berhenti, » Taati Allah dan Rasulullah semata, » karena kita akan kembali kepada-Nya.
- Kesimpulan lain, jadi Muslim kamu » gak harus pakai sorban, » gak harus berjubah, » yang jelas Pikiranmu, Lisanmu, Amalanmu, Harus ber-Azas Islam.
- Jangan sampai terbalik, » kamu pakai sorban, » pakai sarung, » mengenakan peci, jubah, tetapi pola pikirmu dan referensimu liberal, jauh dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
- Lebih bagus kamu memakai » Batik, » Kemeja, » Kaos, » Celana, lalu setiap kamu mikir, lisan, amal, semua berdalil : "Kitabullah dan Sunnah".
- Lebih bagus lagi, kamu memakai peci, memakai sarung, mengenakan sorban, berjubah dan semua pikiran, lisan, amalmu, azasnya Kitabullah dan Sunnah, itu.
Barokalloh
0 komentar:
Posting Komentar