Al-‘Ankabut ayat
2 dan 3:
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ
فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia
itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”,
sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Ayat ini
menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita,
adalah kita harus siap menghadapi ujian
yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada kita, untuk membuktikan sejauh
mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu
betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan
serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh
kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi
kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala
Saudara ku
Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan
manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan
oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala :
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ
الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً
Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi
tempat tinggal. (Al-Kahfi 107).
Maka marilah kita
bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada
kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan
sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat.
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ
خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ
حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا
إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ
Apakah kalian
mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa
malapetaka dan keseng-saraan,
serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya:
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan
Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Cobalah kita renungkan,
apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang
telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan
untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan orang-orang terdahulu dalam
mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan
iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran
mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum
seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka.
Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara
pengorbanan kita sedikit pun belum ada?
Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah
berbeda-beda.
Dan ujian dari
Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah
dialami oleh para pendahulu kita:
Yang pertama: Ujian yang berbentuk
perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim
Alaihissalam untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu
perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang
bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak
melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat
Dan di sini kita
melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim Alaihissalam yang benar-benar
sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah
yang sangat berat itupun dijalankan.
Apa yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim Shallallaahu alaihi wa salam dan puteranya adalah
pelajaran yang sangat berat itupun dijalankannya.
Apa yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga
bagi kita, dan sangat perlu kita tauladani, karena sebagaimana kita rasakan
dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang dianggap berat bagi
kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya.
Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk
mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat)
Yang kedua: Ujian yang berbentuk
larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf
Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar
di Mesir yang mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka,
ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah
mengunci seluruh pintu rumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan
kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu,
padahal sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini
artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya.
Sikap Nabi Yusuf
Alaihissalam ini perlu kita ikuti, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman
sekarang, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, pelacuran merebak di
mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai
lapisan masyarakat, sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah
dasar pun sudah ada yang kecanduan. Perzinahan sudah seakan menjadi barang
biasa bagi para pemuda,
Yang ketiga: Ujian yang berbentuk
musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai dan
sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub Alaihissalam yang diuji oleh Allah
dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun
dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya
telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan
untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan
isterinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. Musibah ini
berjalan selama delapan belas tahun, sampai pada saat yang sangat sulit sekali
baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah:
Sidang jamaah
rahima kumullah
Yang keempat: Ujian lewat tangan
orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Apa yang dialami
oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya terutama
ketika masih berada di Mekkah kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa
keimanan itu diuji dengan berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta
benda bahkan nyawa. Di antaranya apa yang dialami oleh Rasulullah n di akhir
tahun ketujuh kenabian, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskan
hubungan apapun dengan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam beserta Bani
Abdul Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku
itu bersedia menyerahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk dibunuh.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam bersama orang-orang yang membelanya
terkurung selama tiga tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan yang
hebat. (DR. Akram Dhiya Al-‘Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1
hal. 182).
Juga apa yang
dialami oleh para shahabat tidak kalah beratnya, seperti apa yang dialami oleh
Yasir z
dan istrinya Sumayyah dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama
periode Mekkah. Juga Bilal Ibnu Rabah Radhiallaahu anhu yang dipaksa memakai
baju besi kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan matahari, kemudian
diarak oleh anak-anak kecil mengelilingi kota Mekkah dan Bilal Radhiallaahu
anhu hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” (DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh
An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155).
Dan masih banyak
kisah-kisah lain yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan mereka
dalam perjuangan mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak
sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus
berdakwah dan menyebarkan Islam.
Musibah yang
dialami oleh saudara-saudara kita umat Islam di berbagai tempat sekarang akibat
kedengkian orang-orang kafir, adalah ujian dari Allah kepada umat Islam di
sana, sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam di daerah-daerah
lain. Umat Islam di Indonesia khususnya sedang diuji sejauh mana ketahanan iman
mereka menghadapi serangan orang-orang yang membenci Islam dan kaum Muslimin.
Sungguh menyakitkan memang di satu negeri yang mayoritas penduduknya Muslim
terjadi pembantaian terhadap kaum Muslimin, sekian ribu nyawa telah melayang,
bukan karena mereka memberontak pemerintah atau menyerang pemeluk agama lain,
tapi hanya karena mereka mengatakan: ( Laa ilaaha illallaahu ) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ,
Kita berdo’a
mudah-mudahan saudara-saudara kita yang gugur dalam mempertahankan aqidah dan
iman mereka, dicatat sebagai para syuhada di sisi Allah. Amin. Dan semoga umat
Islam yang berada di daerah lain, bisa mengambil pelajaran dari berbagai
peristiwa, sehingga mereka tidak lengah menghadapi orang-orang kafir dan selalu
berpegang teguh kepada ajaran Allah serta selalu siap sedia untuk berkorban
dalam mempertahankan dan meninggikannya, karena dengan demikianlah pertolongan
Allah akan datang kepada kita, firman Allah.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang
beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad: 7).
0 komentar:
Posting Komentar