Abu Hurairah radhiallahu 'anhu menyampaikan
hadits dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau
bersabda:
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di
tangan-Nya, tidaklah mendengar tentangku salah satu dari umat ini, baik ia
Yahudi dan Nashrani, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa
yang diturunkan kepadaku, melainkan ia menjadi penghuni neraka".
Takhrij Hadits
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam
Kitabul Iman (I/134). Juga Imam Ahmad dalam Musnad (II/466) dan Ibnu Mandah
dalam Kitab Tauhid (I/314) dan juga dalam Kitabul Iman (II/192), Mustakhraj Abu
Awanah (I/104) semuanya diriwayatkan dari Abu Hurairah radliayallahu 'anhu.
Syaikh Al Albani menjelaskan dalam kitabnya Silsilah Hadits Ash Shahihah hadits
no.157, bahwa hadits ini shahih. Sebagian jalannya sesuai dengan syarat Bukhari
dan Muslim dan sebagian sesuai dengan syarat Muslim.
Syarah Hadits
Tatkala lahir seorang bayi dari seorang ibu
tanpa adanya suami, dianggapnya hal ini keluar dari kewajaran dan suatu
keanehan. Kode etik yang ada di tengah-tengah kehidupan, jika seorang wanita
melahirkan bayi tanpa suami, maka ia telah melakukan perbuatan zina dan ini
merupakan aib yang besar di mata manusia. Namun bagi seorang yang mempunyai
fitrah salimah dan akal yang sehat, kejadian bayi lahir tanpa bapak pun bisa
saja terjadi jika hal ini memang dikehendaki oleh Allah Ta'ala. Bukan
sebagaimana yang telah dilontarkan oleh kaum Nashara, yang dikarenakan adanya
bayi lahir tanpa bapak, tetapi dari tiupan ruh Allah, maka anak yang dilahirkan
ditetapkan sebagai anak-Nya (dengan asumsi agar ia tidak dipanggil anak zina
karena tidak mempunyai bapak).
Ini adalah kalimat yang kufur tatkala keluar
dari mulut seorang makhluk pada Penciptanya. Sungguh hanya bagi-Nya segala
kekuasaan, kehendak dan penciptaan. Tidakkah mereka tengok jauh-jauh ke
belakang, di sana ada kejadian yang lebih dahsyat dari semua itu. Yang
menjadikan seorang lebih termangu, tak mampu bergerak kecuali hanya duduk menopang
dagu. Sadarlah
dan ingatlah bahwa Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa mampu menciptakan
makhluk- Nya dari seorang lelaki tanpa isteri disisinya (yaitu diciptakannya
Hawa). Bahkan lebih dari itu ia pun mampu menciptakan manusia tanpa ayah dan
ibu (yaitu diciptakannya Adam) sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya :
"Sesungguhnya misal (pemciptaan) Isa di
sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya: (Jadilah [seorang manusia]), maka jadilah
ia" (Ali Imran 59)
Allah Ta'ala memperbandingkan penciptaam Isa
dengan Adam untuk membantah kaum nashara karena mereka telah melontarkan suatu
ucapan yang tidak benar dan tanpa alasan, yaitu Isa 'alaihis salam adalah Tuhan
atau anak Tuhan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa kejadian Isa
bukanlah suatu hal yang membingungkan, bukan pula merupakan alasan yang kuat
bagi mereka untuk mengatakan Isa itu Tuhan atau anak Tuhan. Justru ini adalah
tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, satu-satunya Dzat yang Maha
Pencipta dan Pengatur seluruh alam, serta seluruh kejadian yang ada di alam ini
di bawah kekuasaan dan kehendak-Nya.
Ayat di atas selain membantah mereka, juga
menjelaskan bahwa tak ada satu pun yang berhak untuk menandingi Allah dari segi
manapun. Allah patahkan argumen mereka dengan memberikan permisalan yang lebih
dari apa yang mereka lihat, yaitu adanya penciptaan Adam dari tanah. Maka
seandainya yang mereka katakan itu betul (bahwa Nabi yang lahir tanpa bapak
berarti Allah sebagai bapaknya), tentunya Adam 'alaihis salam lebih berhak
karena ia diciptakan tanpa ayah dan ibu. Sedangkan Isa 'alaihis sallam
dilahirkan hanya tanpa bapak.
Wahai manusia yang berakal. Tak cukupkah bukti
ini bagimu? Dengan pemikiran seperti ini telah mereka sesatkan sekian juta umat
dari fitrah mereka yang selamat dan akal yang sehat. Dengan doktrin-doktrin
yang mereka tanamkan ini, manusia lari dari kebenaran yang hakiki, hanya
mimpi-mimpi semu yang mereka dapatkan.
Kebencian kaum Nashrani mencuat tatkala muncul
sayyidul basyar (manusia yang terbaik), habibullah (manusia kekasih Allah),
Nabi yang menjadi rahmat seluruh alam, pembawa cahaya yang menerangi jalan yang
gelap menuju jalan yang terang, penyempurna akhlak dan tauladan bagi pengikutnya.
Mereka lampiaskan dengan ungkapan sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah :
"Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam
berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu taurat dan memberi kabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
bernama Ahmad (Muhammad). Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang
nyata" (Ash Shaf 6)
Mereka juga selalu mendengungkan propaganda
"kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya". Padahal mereka manusia
biasa yang tidak terlepas dari kesalahan dan dosa, sebagaimana yang Allah
firmankan dalam kitab-Nya yang mulia:
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani
mengatakan: kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya. Katakanlah: Mengapa
Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan
kekasih-Nya). Tetapi kamu manusia biasa diantara orang-orang yang
diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan hanyalah
milik Allah kerajaan seluruh langit dan bumi serta apa yang ada diantara
keduanya. Dan kepada Allah lah kembali (segala sesuatu)" (Al Maidah 18)
Kaum Nashrani tidak henti-hentinya menampakkan
dengan angan-angan yang selalu mereka lontarkan: "Kamilah umat yang
terbaik dan petunjuk itu ada pada kami. Tidak ada satu pun yang dapat masuk ke
dalam surga kecuali dari golongan kami saja."
Lihatlah ini dikisahkan dalam firman Allah:
"Dan mereka (Yahudi dan nashrani)
berkata:"Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang
(beragama) yahudi atau nashrani". Demikian itu hanya angan-angan mereka
yang kosong berlaka. Katakanlah:"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu
adalah orang yang benar" (Al Baqarah 111)
"Dan mereka berkata:"Hendaklah kamu
menjadi penganut agama Yahudi dan Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.
Katakanlah: Tidak! Melainkan (kami mengiktui) agama Ibrahim yang lurus. Dan
bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang-orang yang musyrik" (Al Baqarah
135)
Upaya untuk mempropagandakan agama mereka
membuat mereka tidak ridha selama-lamanya sebelum Rasulullah dan umatnya
mengikuti agama mereka. Sebagaimna yang telah Allah Ta'ala beritakan dalam
kitab-Nya yang mulia:
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka" (Al Baqarah 120)
Pembaca yang dimuliakan Allah, sebagaimana kita
ketahui, Allah Ta'ala dengan keadilan, kebesaran dan kesempurnaan kasih
sayang-Nya kepada seluruh makhluk- Nya mengutus pada setiap umat seorang Nabi,
yang Dia sertakan aturan-aturan yang sesuai dengan kebutuhan situasi serta
kondisi masing-masing, sebagaimana firman-Nya:
"Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami
berikan aturan dan jalan yang terang" (Al Maidah 48)
Namun meskipun aturan-aturan itu beraneka ragam,
tetap ada satu kesepakatan yang Allah perintahkan kepada setiap Nabi yaitu
supaya mengajak umatnya untuk menyembah serta memberikan segala bentuk
peribadahan hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Ta'ala :
"Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah saja dan jauhilah
thaghut itu" (An Nahl 36)
Dengan demikian seluruh nabi dan rasul pada
hakekatnya mereka menyeru pada ke- Esaan Allah. Tidak ada satu pun dari mereka
yang menyeru untuk menyembah kepada selain-Nya, termasuk Nabi Isa 'alaihis
salam yang mereka katakan sebagai anak Allah. Nabi Isa pun menyeru kepada
kaumnya agar mereka menyembah Allah, Rabb yang mengatur semua alam ini. Firman
Allah:
"Dan (aku datang kepadamu) membenarkan
Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah
diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwallah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia.
Inilah jalan yang lurus" (Ali Imran 50-51)
Dalam ayat ini Allah Ta'ala menjelaskan
kerububiyahan-Nya (Pencipta, Pengatur Seluruh Alam dan Pemberi Rezeki) yang
tidak seorang pun mengingkarinya. Sesungguhnya Dzat yang mempunyai sifat-sifat
inilah yang layak untuk disembah, bukan lainnya. Terdapat pula bantahan untuk
orang-orang Nashrani yang mengatakan "Isa itu Tuhan atau anak Tuhan".
Padahal Nabi Isa sendiri mengikrarkan dirinya "bahwa aku ini adalah
seorang hamba (makhluk). Jangan menyembah kepadaku, tetapi sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhan kamu sekalian", sebagaimana yang Allah firmankan dalam
kitab-Nya :
"Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba
Allah. Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi"
(Maryam 30)
"Dan ingatlah ketika Allah berfirman:
"Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: jadikanlah
aku dan ibuku sebagai dua orang tuhan selain Allah? Isa menjawab:"Maha
Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentu Engkau telah
mengetahuinya. Aku (Isa) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) yaitu: "Sembahlah Allah Tuhanku
dan Tuhanmu" (Al Maidah 116-117)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa setiap yang
tunduk dan patuh kepada Nabi-Nya, dikatakan sebagai muslim di jamannya.
Contohnya yahudi, mereka dinyatakan sebagai muslimin di jalan Nabi Musa
sebagaimana yang Allah firmankan:
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan kepada
anak-anaknya,demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): Wahai anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati
kecuali dalam keadaan sebagai muslim" (Al Baqarah 132)
Dan diperintahkan untuk beriman kepada apa-apa
yang telah dibawa oleh Nabi-Nabi dan para Rasul sebelumnya. Firman Allah Ta'ala:
"Katakan (hai orang-orang mukmin): Kami
beriman kepada Allah dengan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada Nabi-Nabi dari
Tuhannya. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya
tunduk (muslimin) patuh kepada-Nya" (Al Baqarah 136)
Meski demikian keadaannya, Allah Ta'ala telah
menjadikan Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi Rasul
terakhir yang membawa kitab yang sempurna dan menghapus agama-agama sebelumnya.
Oleh karena itu tiap orang dari umatnya yang hidup di jaman setelah diutusnya
beliau baik dia yahudi, nashrani, majusi dan yang tidak beragama sekali pun,
yang mendengar ajaran Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam dan sampai ajaran
tersebut kepadanya, kemudian dia tidak mengimaninya, maka tempat kembalinya
adalah neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu:
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di
tangan-Nya, tidaklah mendengar tentangku salah satu dari umat ini, baik ia
Yahudi dan Nashrani, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa
yang diturunkan kepadaku, melainkan ia menjadi penghuni neraka".
Berkata Imam Nawawi: "Hadits ini mengandung
perihal dihapusnya seluruh agama dengan diutusnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam. Umat yang dimaksudkan dalam hadits ini, mereka yang hidup di
jamannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan setelahnya sampai hari
kiamat. Disebutkannya Yahudi dan Nashrani, dikarenakan kedua golongan ini
mempunyai kitab, maka bagi selain mereka yang tidak mempunyai kitab tentunya
lebih utama dalam mengimani Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Syaikh Al Albani rahimahullah berkata setelah
memaparkan hadits ini: "Hadits ini jelas sekali. Siapa pun yang mendengar
dakwah beliau dan sampai kepadanya dengan semestinya kemudian dia tidak
beriman, maka tempat kembalinya adalah neraka. Tidak ada bedanya apakah ia
yahudi, nashrani, masjusi atau tanpa agama".
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata:
"Islam yang ada sejak Nabi Adam 'alaihis salam sampai Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam terbagi menjadi dua bagian:
a. Islam secara umum, yaitu semua pengikut rasul
dikatakan sebagai muslimin di jamannya, seperti halnya yahudi pengikut Musa,
mereka muslimin di jaman Musa 'alaihis salam. Nashara juga dikatakan Muslimin
di jamannya Isa 'alaihis salam.
b. Islam secara khusus, yaitu Islam yang ada
setelah diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menghapus
agama-agama sebelumnya dan penyempurna bagi seluruh agama. Barangsiapa yang
hidup di jaman setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengingkari
ajarannya, maka tidaklah mereka dikatakan sebagai muslimin melainkan kafir.
Dari keterangan di atas, tidak diragukan lagi
bahwasanya Allah Ta'ala tidak akan menerima agama apa pun di muka bumi ini
kecuali Islam dan Islam yang dimaksudkan adalah yang dibawa oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan barangsiapa yang menolak maka ia telah mencari
kesengsaraan dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Firman Allah
Ta'ala:
"Barang siapa mencari agama selain agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan ia
di akhirat termasuk orang-orang yang merugi" (Ali Imran 85)
Adapun firman Allah yang tertera dalam surat Al
Baqarah ayat 62 yaitu :
"Sesungguhnya orang-orang mukmin,
orang-orang yahudi, orang-orang nashrani, dan orang-orang shabi'in, siapa saja
diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula merka bersedih hati' (Al Baqarah
62)
Ahli Tafsir menjelaskan, keimanan yahudi (mereka
yang berpegang teguh kepada Taurat dan ajaran Nabi Musa 'alaihis sallam) diakui
dan diterima sampai diutusnya Nabi Isa 'alaihis salam. Adapun sesudah datangnya
Nabi Isa 'alaihis sallam dan mereka itu tetap berpegang teguh kepada ajaran
Musa, dan tidak meninggalkannya, serta tidak beriman kepada Nabi Isa 'alaihis
salam, maka celakalah ia. Demikian pula keimanan Nashrani diakui sampai
diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka setelah itu siapapun
yang tetap berpegang teguh kepada Injil dan ajaran Isa serta tidak mengikuti ajaran
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka celakalah ia.
Wallahu a'lam bish shawab
[Diambil dari majalah
Salafy edisi 36 tahun 1421 H/2001 M, judul asli Islam Diin Yang Haq]
Keterangan tambahan:
Sikap ghuluw(berlebihan) ini terus terjadi
dari zaman ke zaman dan masa ke masa sampai terjadi pula di masa Bani Israil.
Kaum Yahudi yang menyatakan bahwa 'Uzair adalah anak Allah sebagaimana terjadi
pula pada kaum Nashrani yang menyatakan bahwa al-Masih adalah anak Allah. Allah
menjelaskan keadaan mereka di dalam ayat-Nya:
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu
putera Allah." Dan orang-orang Nashrani berkata: "Al-Masih itu putera
Allah." Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu, dilaknati Allah-lah mereka.
Bagaimana mereka sampai berpaling?" (at-Taubah: 30)
Adapun penyebab sikap ghuluw orang-orang Yahudi terhadap 'Uzair adalah karena mereka melihat dari mukjizat-mukjizat yang terjadi pada 'Uzair seperti penulisan kitab Taurat dengan hafalannya setelah Taurat dihapus dari dada-dada orang-orang Yahudi, serta keadaan 'Uzair yang hidup kembali setelah wafat seratus tahun lamanya. Lalu setelah akal mereka sempit untuk membedakan perbuatan dan kekuasaan Allah dengan kemampuan manusia yang terbatas, maka mereka menyandarkan hal tersebut kepada 'Uzair dan mereka menyatakan bahwa 'Uzair adalah anak Allah sebagaimana Ibnu Abbas menyatakan:
Adapun penyebab sikap ghuluw orang-orang Yahudi terhadap 'Uzair adalah karena mereka melihat dari mukjizat-mukjizat yang terjadi pada 'Uzair seperti penulisan kitab Taurat dengan hafalannya setelah Taurat dihapus dari dada-dada orang-orang Yahudi, serta keadaan 'Uzair yang hidup kembali setelah wafat seratus tahun lamanya. Lalu setelah akal mereka sempit untuk membedakan perbuatan dan kekuasaan Allah dengan kemampuan manusia yang terbatas, maka mereka menyandarkan hal tersebut kepada 'Uzair dan mereka menyatakan bahwa 'Uzair adalah anak Allah sebagaimana Ibnu Abbas menyatakan:
"Sesungguhnya mereka (Orang-orang Yahudi)
menyatakan demikian ('Uzair anak Allah) karena mereka tatkala mengamalkan suatu
amal yang tidak benar, Allah menghapus Taurat dari dada-dada mereka. 'Uzair pun
berdoa kepada Allah. Tatkala itu kembalilah Taurat yang sudah dihapus dari
dada-dada mereka turun dari langit dan masuk ke dalam batin 'Uzair. Kemudian
'Uzair menyuruh kaumnya seraya berkata: "Allah telah memberi Taurat
kepadaku." Maka serta merta mereka mereka menyatakan: "Tidaklah
Taurat itu diberikan kecuali karena dia anak Allah." Sedangkan di dalam
riwayat lain beliau berkata: "Bakhtanshar ketika menguasai Bani Israil
telah menghancurkan Baitul Maqdis dan membunuh orang-orang yang membaca Taurat.
Waktu itu 'Uzair masih kecil sehingga dia dibiarkan (tidak dibunuh). Dan tatkala
'Uzair wafat di Babil seratus tahun lamanya kemudian Allah membangkitkan serta
mengutusnya kepada Bani Israil, beliau berkata: "Saya adalah 'Uzair."
Mereka pun tidak mempercayainya seraya menjawab: "Nenek moyang kami
mengatakan bahwa 'Uzair telah wafat di Babil, dan jika engkau benar-benar
adalah 'Uzair, diktekanlah Taurat kepada kami. Maka 'Uzair pun menuliskannya.
Melihat hal itu mereka menyatakan: "Inilah adalah anak Allah." (Zadul
Masi'ir Fii 'Ilmi At-Tafsir, oleh Ibnul Jauzi juz 3 hal 423-424)
Riwayat kedua ini menyatakan bahwa 'Uzair adalah seorang Nabi dari para Nabi Bani Israil. Setelah beliau meninggal seratus tahun lamanya, Allah membangkitkannya sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
Riwayat kedua ini menyatakan bahwa 'Uzair adalah seorang Nabi dari para Nabi Bani Israil. Setelah beliau meninggal seratus tahun lamanya, Allah membangkitkannya sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
Atau apakah kamu tidak (memperhatikan) orang
yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia
berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun kemudian
menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di
sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah
hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini
seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah,
dan lihatlah keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan
menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah tulang belulang
keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami membalutnya dengan
daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan
yang mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (Al-Baqarah: 259)
Demikianlah asal usul orang-orang Yahudi menamakan 'Uzair sebagai anak Allah. Adapun perkataan orang-orang Nashrani bahwa Isa anak Allah atau sebagai Allah, ada dua sebab. Yang pertama karena Isa lahir tanpa bapak. Dan kedua karena dia mampu menyembuhkan orang buta dan bisu serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah. (Kitab Mahabbatu ar-Rasul hal. 155)
Demikianlah asal usul orang-orang Yahudi menamakan 'Uzair sebagai anak Allah. Adapun perkataan orang-orang Nashrani bahwa Isa anak Allah atau sebagai Allah, ada dua sebab. Yang pertama karena Isa lahir tanpa bapak. Dan kedua karena dia mampu menyembuhkan orang buta dan bisu serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah. (Kitab Mahabbatu ar-Rasul hal. 155)
Sumber: ringkasan dari artikel dengan judul: GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat (http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=114)
0 komentar:
Posting Komentar